Mereka menyebut waktu ini dengan malam.
Ketika langit berganti wajah menjadi hitam, dan
bulan datang bersinggah.
Mereka yang menyebutnya
waktu ini dengan malam, terus berjalan dan menghitung setiap detik yang
terbuang karenanya .
Mereka, yang menyebut waktu ini dengan malam, meyakinkan
diri bahwa mereka telah melebur keringat mereka menjadi uang dan membawanya
pulang.
Mereka, yang menyebut waktu ini dengan malam, terus
mengembangkan bibirnya dan menanti pelukan dari yang mereka cinta.
Mereka, yang menyebut waktu ini dengan malam, pergi
mengumbar tawa dengan buah hati yang mereka banggakan.
Mereka, yang menyebut waktu ini dengan malam,
menyandarkan kepala mereka di atas kapas atau di atas pangkuan kekasih dan
memulai cerita mimpi mereka.
Namun, tetap saja ada sisi koin lain dari mereka, yang
menyebut waktu ini dengan malam.
Mereka tahu bahwa mereka baru saja melangkah ke
medan yang akan memberi mereka uang untuk mengganjal perut mereka.
Mereka juga tahu bahwa mereka bukanlah teman dari
senyuman dan hanya mengurung dalam pilu.
Mereka juga terkadang menepis canda dan tawa dan
menggantinya denga teriakan, lolongan, atau semacamnya dari apa yang ada
didepan mereka.
Bahkan mereka juga bisa bosan denga semua kapas dan
pangkuan dan mencoba beralih ke kapas baru atau sebuah pelukan baru.
Dan memang…
Itulah apa yang mereka sebut dengan malam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar